Krisis pangan menjadi salah satu tantangan terbesar di era modern ini. Dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, kebutuhan akan ketersediaan pangan yang mencukupi semakin mendesak. Dalam konteks ini, peran perempuan sering kali masih dipandang sebelah mata, padahal mereka memiliki kontribusi besar dalam memastikan ketahanan pangan. Melalui peran aktif perempuan dalam setiap proses pengelolaan pangan, dari produksi hingga distribusi, diharapkan tantangan ini dapat diatasi. Inilah yang disoroti oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia) dalam ajakan mereka untuk lebih melibatkan kepemimpinan perempuan di sektor ini.
ICMI dan Ketahanan Pangan
Pada acara ICMW 2025, Hanifah Husein, sebagai Ketua Panitia, menekankan pentingnya kecukupan pangan sebagai dasar utama terbentuknya masyarakat yang sehat dan produktif. Beliau menyampaikan komitmen ICMI dalam mengupayakan terobosan-terobosan baru terkait peningkatan ketahanan pangan nasional. Salah satu langkah taktis yang diusulkan adalah dengan meningkatkan peran serta perempuan dalam kegiatan-kegiatan terkait pangan, mulai dari kebijakan hingga implementasi di lapangan.
Potensi Kepemimpinan Perempuan
Perempuan memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian dan erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Mereka terlibat langsung dalam berbagai tahap produksi pangan, dari penanaman hingga pemanenan. Namun, sering kali peran ini tidak diimbangi dengan kesempatan untuk memegang posisi kepemimpinan atau pengambil kebijakan. Dengan memberi peluang lebih besar kepada perempuan untuk memimpin, kita dapat mengoptimalkan potensi dan perspektif unik yang mereka miliki, yang selama ini mungkin terabaikan.
Transformasi Sosial Ekonomi
Meningkatnya kepemimpinan perempuan dalam ketahanan pangan juga dapat mempercepat transformasi sosial ekonomi. Pemimpin perempuan cenderung mendorong inovasi dan inklusi sosial, yang penting dalam meningkatkan aksesibilitas dan keberlanjutan sumber pangan. Selain itu, kehadiran perempuan dalam posisi strategis akan berpengaruh positif terhadap penciptaan kebijakan yang lebih adil dan merata, serta mempersempit kesenjangan gender di sektor agrikultur.
Perspektif Global
Di berbagai belahan dunia, peran perempuan telah diakui dalam memastikan ketahanan pangan. Banyak negara telah menunjukkan bagaimana penguatan peran perempuan dalam sektor ini berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produksi pangan dan pengurangan angka kemiskinan. Pengalaman global ini seharusnya bisa dijadikan pelajaran bagi Indonesia untuk lebih serius mengintegrasikan perempuan dalam strategi ketahanan pangan nasional kami.
Tantangan dan Harapan
Kendati demikian, tantangan tetap ada dalam memajukan perempuan ke posisi kepemimpinan. Faktor budaya dan stereotip gender masih menjadi hambatan yang harus diatasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih inklusif dan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, untuk mengubah paradigma yang selama ini menghalangi potensi perempuan. Dengan langkah-langkah strategis tersebut, harapan akan ketahanan pangan yang lebih solid dapat terwujud.
Kesimpulannya, penguatan peran perempuan dalam kepemimpinan ketahanan pangan adalah langkah strategis yang harus diterapkan segera. Dengan memanfaatkan keunikan dan keterampilan yang dimiliki, perempuan dapat berperan lebih besar dalam mensejahterakan masyarakat. ICMI sebagai wadah cendekiawan Muslim sangat tepat dalam menginisiasi gerakan ini, yang diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi krisis pangan yang dihadapi bangsa ini. Kolaborasi yang melibatkan semua elemen masyarakat dapat menjadi fondasi kuat bagi terciptanya ketahanan pangan yang berkelanjutan dan merata.
